Internasional – Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berjanji segera mengusut dugaan korupsi lembaga dana pemerintah 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang menjerat mantan PM Najib Razak.
Mahathir menyebut Najib bisa dituntut dalam waktu dekat. Dia meyakini bahwa jaksa telah mengumpulkan bukti yang cukup sehingga bisa membangun kasus yang kuat untuk mengajukan tuntutan.
“Kami perlahan-lahan mendapat bukti ke akar kasusnya dan banyak pejabat senior kami yang juga memberikan informasi secara sukarela soal kasus ini, tentutnya dengan bukti dokumen,” kata Mahathir kepada Wall Street Journal melalui telekonferens seperti dikutip The New Strait Times, Selasa (15/5/2018).
“Kami berpikir bahwa dalam waktu singkat kami bisa membangun kasus ini dan menuntutnya (Najib),” lanjut Mahathir.
Dalam kesempatan itu, Mahathir mengatakan saat ini dia tengah mengalami kesulitan untuk “mencoba mempercayai orang” dalam menyelidiki Najib.
“Beberapa orang-orang yang menjabat di masa pemerintahannya [Najib] masih memihaknya dan kami tidak tahu siapa saja yang akan setia kepada pemerintahan yang baru saat ini,” tutur Mahathir.
Selain itu, Mahathir juga mengatakan tidak akan membuat perjanjian apapun dengan Najib yang bisa menghindarkannya masuk penjara, meski juniornya itu bersedia memberikan informasi terkait penyalagunaan uang negara sebesar US$4,5 miliar oleh 1MDB.
“Tidak ada kesepakatan (dengan Najib),” ucap Mahathir.
Di hari pelantikannya setelah memenangkan pemilihan umum 9 Mei lalu, Mahathir bahkan telah mengeluarkan perintah untuk mencekal Najib ke luar negeri.
Skandal korupsi 1MDB telah lama menjerat Najib dan terbukti mempengaruhi elektabilitasnya dalam pemilu kemarin.
Kasus ini merongrong Najib sejak harian Wall Street Journal pada edisi Agustus 2015, memuat artikel yang berisi dugaan bahwa dana 1MDB berjumlah sekitar US$700 juta berpindah ke rekening pribadi Najib. Eks-PM Malaysia itu berulang kali membantah bahkan ingin menggugat media Amerika Serikat tersebut.
Dalam tiga tahun terakhir, penyelidikan skandal 1MDB telah menyebabkan beberapa orang ditangkap, penutupan sejumlah bank dan penyitaan aset bernilai jutaan dolar di seluruh dunia. Skandal korupsi ini juga diselidiki sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Swiss, hingga Singapura.(cn)